Oleh: Rosadi Jamani (Dosen UNU Kalbar)
Ada sebuah dialog dalam sebuah podcast. Ada pertanyaan, “Kenapa orang yang rajin salat, jarang yang kaya. Sementara orang yang tak pernah salat, justru banyak kaya?”
Pertanyaan ini lalu dijawab, salat itu bukan untuk menjadi kaya. Salat itu sebuah kewajiban makhluk pada Allah. Salat untuk mencegah nahi munkar. Salat bisa menenteramkan jiwa. Lagian, orang yang tidak salat lalu kaya, belum tentu jiwanya tenang, bahagia.
Asyik ya dialognya. Pertanyaan itu sering muncul di pengajian ibu-ibu majelis taklim. Orang rajin salat susah kaya. Yang tak salat malah banyak kaya. Gitu ya..!
Pertanyaan itu mirip dengan pertanyaan dalam buku karya Amir Syakib Arslan yang berjudul Kenapa Umat Islam Tertinggal? Dan Kenapa Umat Non-Islam Maju? Ide penulisan buku itu datang dari Maharaja Imam Sambas, Basuni Imran. Ia gelisah melihat umat Islam banyak miskin. Sementara yang non Muslim banyak kaya. Ia bertanya lewat surat lalu diterbitkan Majalah Al Manar di Mesir. Lalu, dijawab oleh Amir Syakib Aslan lewat sebuah buku.
Tapi, saya tak bahas soal buku itu, melainkan kata pamungkas, “Belum Tentu”. Seperti pada dialog di atas, kata belum tentu menjadi kunci. Belum tentu orang kaya itu bahagia, jiwanya tenang. Seandainya dibalik, belum tentu juga orang yang rajin salat hidupnya bahagia. Justru ada pelaku kejahatan rajin salat. Tu..tengok para koruptor, banyak rajin salat. Mulai menarik ya pembahasannya. Siap kan kopi dulu agar ulasannya makin asyik. Lanjut…!
Saat diskusi atau berdebat, kadang kesal. Argumentasi dengan mudah dipatahkan, gara-gara kata Belum Tentu. Disingkat BT saja ya. “Presiden Jokowi itu orang baik. Lihat di mana-mana ia disambut antusias warga.” Lalu dibalas, “Belum tentu baik Jokowi itu. Tengok itu korupsi merajalela. Anaknya masuk politik. Janjinya banyak tak ditepati.” Kata BT jadi pamungkas.
“PDIP akan menang hattrick di Pemilu 2024” Lalu dibalas, “Belum tentu menang. Wong cilik udah pintar.” Ada caleg habiskan banyak tabungan. Disikapi lawannya, “Belum tentu terpilih”. Ada orang suka meresahkan warga lalu dicap penghuni neraka. Ditanggapi, “Belum tentu masuk neraka. Urusan neraka itu urusannya Allah. Manusia tak berhak.”
Kata BT menjadi pamungkas. Terdiri dari dua kata, belum dan tentu. Belum artinya sesuatu tidak terjadi. Sementara tentu, sudah pasti terjadi. Kalau digabung, belum tentu maknanya sesuatu yang tidak pasti. Memiliki dua makna, bisa iya, bisa juga tidak. Bisa benar, bisa juga sebaliknya. Padanan dari kata belum tentu, “Bisa jadi, boleh jadi”
Sudah panjang lebar menjelaskan orang masuk neraka, dengan enteng dijawab, belum tentu. Sebab, kepastian Allah yang menentukan. Kadang kesal juga digitukan. Cuma, gara-gara kata BT itu.
Kadang kata BT itu bisa jadi pelipur lara. “Umur sudah 40 tahun, masih saja menjoblo. Padahal, semua ok. Gaji besar, rumah sudah ada, mobil ada, tapi kenapa jodoh kok susah dapatnya.” Kawannya menasihati, “Soal jodoh itu urusan Allah wak. Belum tentu juga yang sudah punya jodoh bahagia. Walapun kita jomblo, selalu hidup happy. Ibarat burung, terbang lepas.”
Begitu juga yang suka ngopi sambil udut. Belum tentu juga hidupnya enak. Lalu, dibalas, “Lho yang sirik ngaku tak suka ngopi, belum tentu juga hidup lho happy.” Nah…jadi ribut pula. Hehehe…#camanewak