Oleh: Rosadi Jamani (Dosen UNU Kalbar)
Anda pasti berdoa setiap hari. Bangun tidur berdoa, masuk WC berdoa, mau makan berdoa, turun rumah berdoa, sampai mau gituan pun berdoa dulu. Berdoa dan terus berdoa sampai akhir hanya. Tandanya Anda selalu menyerahkan segala urusan pada Tuhan. Dialah sang penentu. Begitu ya…benarkan!
Topik bahasan kali soal doa lagi. Bukan bahas soal doa capres yang itu ya. Walaupun doanya viral, ini cerita doa dari perspektif berbeda.
Sebelumnya saya ada menulis soal bahayanya doa bila langsung dikabulkan Tuhan. Tatanan dunia bisa rusak. Habis salat, berdoa kepada Allah, negara Israel dihancurkan. Hitungan menit, Israel hancur benaran. Berdoa Cina diluluhlantakkan, hitungan jam, luluh lantak benaran. Berdoa agar seluruh orang miskin jadi kaya, hitungan detik tak ada lagi orang melarat, kaya semua. Kacau tatanan dunia. Itu baru satu orang dikabulkan macam itu. Gimana kalau semua yang berdoa dikabulkan saat itu juga. Orang Israel pun berdoa agar Palestina dimusnahkan, hitungan menit, hancur benaran. Kacau ndak?
Kali ini tentang doa yang pasti dikabulkan. Doa bukan Islam saja, semua kaum agama menjadikan doa sebagai senjata. Segala sesuatu, berdoa dulu kepada Tuhan, minta dimudahkan, minta dikabulkan. Apakah doa yang tiap hari diucapkan itu dikabulkan Tuhan? Saya jawab dikabulkan. Cuma, dikabulkan bukan secara magic, abakadabra, simsalabim, melainkan bertahap atau berproses. Proses terkabulnya doa inilah sering tidak disadari oleh yang berdoa.
Sebuah ilusrasi. Ada desa kebanjiran. Air sampai atap rumah. Semua orang mengungsi. Tersisa satu pria setengah baya. Ia tak mau ngungsi. Lalu, bertengger di atas atap. Dari atas atap ia berdoa, “Ya, Tuhan, berikanlah hamba pertolongan. Selamatkanlah nyawa hamba dari kebanjiran ini,” doa pria itu dengan khusyuk.
Usia berdoa, datanglah orang kampung lain pakai perahu mau berikan tumpangan. “Ayo, naik ke perahu kami, Pak!” Pria yang duduk di atap itu, menolak. “Maaf, saya sedang menunggu pertolongan Tuhan,” sahutnya. Karena tak mau, orang kampung itu berlalu. Pria itu berdoa lagi agar pertolongan Tuhan datang. Tak beberapa lama, datang tim SAR mau nyelematkan pria itu. Ia pun menolak. Tetap yang diharapkan pertolongan Tuhan langsung. Karena tak mau ditolong, pria itu pun mati kelelep. Pertolongan langsung dari Tuhan tak muncul. Habis.
Apa maknanya? Sebenarnya, doa pria itu sudah dikabulkan Tuhan. Cuma dasar pe’ak, ia maunya pertolongan secara magic. Tubuhnya terbang lalu pindah ke tempat tinggi. Maunya gitu pertolongan Tuhan. Bukan pertolongan lewat manusia. Padahal, tawaran bantuan dari orang kampung dan Tim SAR itulah sebenarnya pertolongan Tuhan.
Semoga paham dengan ilustrasi itu. Banyak di antara kita tidak menyadari pertolongan Tuhan. Misal gini, ada yang mengeluh dengan penyakitnya. Dia curhat di WA grup. Lalu, banyak anggota grup berikan saran agar minum obat inilah, obat itulah, datang ke dokter A, sampai ada juga menyarankan ke orang pintar. Pasti banyak saran dari teman. Sayangnya, saran-saran itu diabaikan. Tetap yang ditunggu kesembuhan total dalam sekejab. Berdoa siang malam agar disembuhkan Tuhan. Sementara saran dari teman diabaikan. Akhirnya, meninggal.
Satu lagi, ada kena PHK. Jadi pengangguran. Ia pun berdoa kepada Tuhan agar dapat pekerjaan baru. Umumkan di WAG, mohon kalau ada pekerjaan, infokan ke saya, lagi butuh. Lalu, ada nawarkan pekerjaan sebagai kuli bangunan. Ada juga nawarkan pelayan kafe, sopi taksi, sampai pekerjaan ngangkut sampah. Tapi, ia tidak mau. Maunya pekerjaan yang santai gaji besar. Akhirnya, selamanya pengangguran. Padahal, berdoa tiap malam. Cuma ia tak sadar, doanya sudah dikabulkan lewat kawan-kawannya yang nawarkan pekerjaan tadi.
Satu lagi tak apa ya. Seorang caleg berdoa kepada Tuhan, “Tuhan tolonglah hamba. Saya sedang berjuang agar bisa terpilih jadi anggota Dewan. Tolong kabulkan ya Tuhan.” Doanya itu didengarkan oleh kawan-kawan dan memberikan banyak saran. Kalau mau terpilih harus rajin turun ke bawah. Sapa warga dan berikan perhatian. Bila perlu bukti nyata, bukan janji manis. Saran ini dianggap angin lalu. Hanya ngandalkan doa. Siang malam berdoa agar Tuhan menjadikannya Dewan. Hasilnya, hanya lihat kursi Dewan dari kejauhan. Doa sudah dikabulkan, cuma ia tidak nyadar. Maunya simsalabim, pas perhitungan suara, namanya terus disebut.
Jadi, doa yang dipanjatkan sebenarnya terkabul. Cuma, berproses, tidak secara magic, melainkan lewat perantara orang lain. Terkabulnya juga rasional. Kalau sudah berdoa, yakinlah terkabul. Tuhan akan kirim pertolongan lewat orang yang peduli dan cinta padamu.
Itu versi saya ya. Banyak sih dalil-dalil syarat terkabulnya doa. Bahkan, ada waktu-waktu khusus doa dijabah Tuhan. Silakanlah amalkan itu. Versi saya begitu wak. #camanewak
Apakah Anda setuju bahwa seringkali kita tidak menyadari pertolongan Tuhan karena terlalu fokus pada harapan akan keajaiban? Mengapa? regard Teknologi Komputer