AswajaNews – Malam ini, masyarakat Desa Nglurup, Kecamatan Sampung, Ponorogo, akan dihibur dengan pagelaran wayang kulit bertajuk “Wahyu Katentreman” yang dipimpin oleh Ki Marsudi Bowo Leksono.
Pertunjukan ini digelar dalam rangka tasyakuran pernikahan Ganang Prasetyo dan Juan Rosalinda, bertempat di rumah Bapak Katimun dan Ibu Soimah, Dukuh Pandan RT 03 RW 02.
Pertunjukan wayang kulit yang dimulai pukul 20.00 WIB ini tidak hanya menjadi hiburan bagi warga sekitar, tetapi juga sarana pelestarian budaya luhur warisan nenek moyang.
Dengan iringan Karawitan dan Electone Sapto Argo, lakon Wahyu Katentreman diharapkan membawa pesan moral tentang pentingnya menjaga ketenangan batin, keseimbangan hidup, serta kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan zaman.
Tak hanya menampilkan sang dalang kondang, malam budaya ini juga semakin semarak dengan kehadiran pelawak Gareng Tralala, yang siap menghidupkan suasana dengan canda-tawa segar khas panggung rakyat.
Sementara itu, lantunan tembang-tembang merdu dari para sinden kenamaan seperti Anggun Maysinna (Tulungagung), Vella Rusdiana (Ponorogo), Nimas Ayu (Trenggalek), Mutiara Mustika (Ponorogo), Inar (Wonogiri), Nyl. Wanti (Ponorogo), dan Arimami (Wonogiri) akan memanjakan telinga para penonton sepanjang malam.
Lebih dari sekadar tontonan, pagelaran ini juga menjadi tuntunan bagi masyarakat. Melalui kisah Wahyu Katentreman, Ki Marsudi Bowo Leksono diharapkan mampu menyampaikan nilai-nilai kearifan Jawa tentang ketentraman hati, keikhlasan, dan harmoni sosial yang kini semakin relevan di tengah kehidupan modern.
Pagelaran ini sekaligus menjadi bentuk nyata kecintaan masyarakat Ponorogo terhadap seni tradisi. Dalam beberapa tahun terakhir, acara-acara semacam ini kembali digelar di berbagai pelosok desa sebagai upaya menghidupkan kembali budaya wayang kulit yang mulai tergerus zaman.
Bagi para pecinta seni yang tidak dapat hadir secara langsung, acara ini juga disiarkan secara live streaming melalui akun Instagram @kar.saptoargo.ponorogo, sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat luas dari berbagai daerah.
Dengan semangat pelestarian budaya dan rasa syukur atas momen bahagia, malam ini diharapkan menjadi malam penuh makna — menyatukan tradisi, kebahagiaan, dan doa untuk kedua mempelai yang menapaki kehidupan baru dalam bingkai budaya Nusantara.