AswajaNews – Di tengah hiruk pikuk malam di Kota Reog, ada satu lapak sederhana yang sejak lama menjadi persinggahan wajib bagi para penikmat kuliner malam.
Angkringan Margono, yang terletak di Jalan Gajah Mada Ponorogo, hadir memanjakan lidah pecinta sego kering dengan cita rasa yang khas, sederhana namun tak tertandingi. Meski hanya buka mulai pukul 10 malam hingga 2 dini hari, tempat ini selalu ramai didatangi pembeli, mulai dari warga lokal hingga pendatang yang sengaja berburu kuliner legendaris ini.
Sejak berdiri pada tahun 2005, angkringan ini dikenal dengan ciri khas nasi kering panas yang selalu disajikan segar, lengkap dengan gorengan hangat yang baru saja diangkat dari wajan.
Menunya memang sederhana, nasi kering, gorengan, kopi, es teh, es jeruk, hingga es susu. Namun, kesederhanaan itulah yang membuat pengunjung selalu kembali. Rasanya akrab di lidah, tidak berlebihan, tetapi tetap meninggalkan kesan mendalam.
Yang membuat Angkringan Margono begitu istimewa bukan hanya pada makanannya, tetapi juga atmosfernya. Pengunjung bisa memilih duduk bersila atau duduk di bangku sederhana, sambil menikmati hangatnya obrolan malam. Tempat ini bukan hanya sekadar warung makan, melainkan juga ruang perjumpaan yang penuh keakraban, di mana cerita-cerita malam Ponorogo kerap berawal.
Dahulu, sosok almarhum Bapak Margono dikenal lihai meracik kopi dan minuman lainnya. Sentuhannya yang khas menjadikan setiap sajian terasa berbeda. Kini, warisan itu diteruskan oleh Bu Murni, asistennya yang setia mendampingi sejak awal.
Di tangannya, racikan kopi dan minuman lain tetap terjaga kelezatannya, bahkan kerap disebut lebih mantap. Hal ini membuat pelanggan lama tetap merasa dekat dengan cita rasa yang mereka kenal, meski kini disajikan oleh penerusnya.
Harga yang ditawarkan juga sangat bersahabat. Dengan kocek yang ramah di kantong, siapa saja bisa menikmati sajian hangat di tengah malam. Hal ini menjadikan Angkringan Margono sebagai salah satu kuliner malam paling inklusif di Ponorogo, bisa dinikmati siapa pun tanpa terkecuali.
Keberadaan Angkringan Margono adalah bukti bahwa kesederhanaan bisa menjadi legenda. Di saat banyak kafe modern bermunculan dengan konsep mewah, warung kecil di pinggir jalan ini tetap bertahan dan bahkan semakin dirindukan. Cita rasa yang tak berubah, suasana yang akrab, dan harga yang merakyat membuatnya menjadi bagian dari memori kolektif warga Ponorogo.
Angkringan Margono menyuguhkan setiap suapan nasi kering panas, setiap teguk kopi, seakan menghadirkan kembali sosok almarhum Bapak Margono yang pernah menjadi bagian penting dalam sejarah kuliner malam Ponorogo. Kini, meski diteruskan oleh Bu Murni, semangat kesederhanaan itu tetap hidup, menjadikan angkringan ini lebih dari sekadar warung ia, adalah warisan rasa yang tak tergantikan.*** (Fauza)