Sate Tukri Sobikun Ponorogo: Jejak Rasa Legendaris yang Menyatukan Lidah dari Generasi ke Generasi

AswajaNews – Di kota Reog, ada aroma khas yang menguar setiap sore dari gang sempit di Jl. Lawu. Bukan dupa atau kemenyan, melainkan asap sate yang menggoda dari tusuk-tusuk daging ayam kampung yang dipanggang perlahan, itulah Sate Ayam H. Tukri Sobikun.

Ponorogo tak hanya dikenal sebagai kota Reog, tetapi juga sebagai rumah bagi salah satu kuliner ikonik yang telah bertahan puluhan tahun, Sate Ayam H. Tukri Sobikun, atau yang lebih populer disebut Sate Tukri.

Berlokasi di Jl. Lawu Gg. Sate No.43K, kawasan Nologaten, warung sate ini bukan sekadar tempat makan, melainkan destinasi kuliner wajib yang menyimpan sejarah dan cita rasa khas yang mampu menggugah siapa pun yang mencicipinya.

Berdiri sejak tahun 1965, Sate Tukri bukanlah nama baru dalam peta kuliner Jawa Timur. Dari gerobak sederhana hingga menjadi rumah makan yang ramai dikunjungi tokoh masyarakat dan selebriti nasional, jejak panjang Sate Tukri adalah kisah tentang dedikasi, keuletan, dan warisan rasa yang dijaga hingga generasi ketiga.

Di tengah menjamurnya kuliner modern dan tren makanan kekinian, Sate Tukri justru tampil setia dengan pakem tradisionalnya mengandalkan kelezatan alami dari bahan segar dan teknik memanggang dengan arang yang tetap dipertahankan hingga kini.

Yang membuat Sate Tukri istimewa bukan hanya karena potongan daging ayamnya yang besar dan mengenyangkan, tetapi juga dari racikan bumbu kacang khas yang diolah dengan takaran turun-temurun. Rasa gurih manis yang membalut tiap tusuk sate, berpadu dengan aroma bakaran dari arang, menciptakan harmoni rasa yang sulit dilupakan.

Daging ayam kampung yang digunakan pun menambah sensasi kenyal namun lembut, menjadikan setiap suapan begitu berkarakter. Harga satu porsi sate berkisar Rp39.000, nilai yang sepadan dengan kualitas dan kenikmatan yang didapatkan.

Sate Tukri tak hanya digemari oleh masyarakat lokal, tetapi juga menjadi tujuan utama para wisatawan, pejabat, hingga artis yang berkunjung ke Ponorogo. Rumah makan ini menyuguhkan suasana nyaman dan bersih, lengkap dengan fasilitas parkir luas dan toilet bersih, menjadikannya tempat yang ramah untuk keluarga, teman, atau rekan kerja.

Tak sedikit yang datang dari luar kota hanya untuk merasakan langsung kelezatan sate yang legendaris ini, membuktikan bahwa kuliner bisa menjadi magnet pariwisata yang kuat.

Uniknya lagi, warung ini buka setiap hari dari pukul 16.00 hingga 20.00 WIB, menjadi tempat yang tepat untuk makan malam sembari menikmati suasana khas kota kecil yang ramah. Di jam-jam itulah, antrean pengunjung mengular, menandakan bahwa warisan rasa ini tak pernah kehilangan peminat, bahkan di era digital seperti sekarang.

Sate Ayam H. Tukri Sobikun adalah simbol konsistensi, budaya, dan jati diri kuliner Ponorogo yang hidup di tengah perubahan zaman. Ketika lidah dipertemukan dengan rasa yang autentik dan tak lekang oleh waktu, maka yang tercipta bukan sekadar pengalaman makan, melainkan kenangan yang membekas. (Fauza)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *