AswajaNews – Ketika malam telah larut dan bintang-bintang bersinar malu-malu di langit Jawa Timur, sebuah fenomena alam yang nyaris tak pernah tertidur justru menyala terang dari perut bumi.
Cahaya biru terang yang menyeruak dari kawah gunung berapi, menghipnotis siapa pun yang menyaksikannya. Itulah Kawah Ijen, tempat di mana keajaiban alam tak hanya bisa dilihat, tetapi juga dirasakan hingga ke tulang.
Kawah Ijen, yang terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur, bukan sekadar gunung berapi biasa. Tempat ini adalah rumah bagi danau asam terbesar di dunia dan satu dari hanya dua lokasi di muka bumi yang memiliki fenomena blue fire atau api biru alami. Tak heran jika tempat ini menjadi impian banyak wisatawan domestik maupun mancanegara.
Kawah Ijen adalah danau dengan warna kehijauan yang berdiameter sekitar 700 meter dan memiliki kedalaman hingga 200 meter. Luasnya mencapai lebih dari 5.400 hektar, dan volumenya bisa mencapai 36 juta meter kubik. Danau ini terbentuk akibat letusan dahsyat dari Gunung Ijen yang aktif, membentuk sebuah cekungan raksasa yang kemudian terisi air hujan dan bercampur dengan senyawa asam vulkanik.
Namun daya tarik utama dari Kawah Ijen bukan hanya pada danau asamnya, melainkan pada fenomena blue fire yang muncul di sela-sela bebatuan vulkanik. Api berwarna biru elektrik ini hanya bisa dilihat di dua tempat di dunia, Islandia dan Indonesia. Dan di Indonesia, hanya di Kawah Ijen.
Fenomena ini hanya terlihat saat dini hari, sebelum matahari terbit, dan menjadi magnet utama bagi para pendaki yang rela menembus dinginnya malam untuk melihat cahaya alam yang langka itu secara langsung.
Menaklukkan Kawah Ijen bukan perkara mudah. Jalur pendakiannya dimulai dari Paltuding, basecamp yang menjadi titik awal perjalanan menuju puncak. Pendakian sejauh kurang lebih 3 km biasanya memakan waktu antara dua hingga empat jam, tergantung stamina masing-masing pengunjung.
Di sepanjang jalur pendakian, pengunjung disambut dengan vegetasi khas dataran tinggi. Hamparan pohon manisrejo, bunga edelweiss, hingga cemara gunung menjadi teman perjalanan yang menyegarkan mata. Sementara itu, suara pelan para penambang belerang yang masih aktif membawa keranjang berisi bongkahan belerang menambah nuansa otentik dari gunung ini.
Untuk mencapai kawasan ini, ada dua jalur utama. Yang pertama melalui Banyuwangi via Kecamatan Licin dan Desa Banyusari, lalu menuju Paltuding. Jalur lainnya bisa ditempuh dari Bondowoso bagi mereka yang datang dari arah Surabaya melalui Probolinggo dan Situbondo. Akses menuju lokasi kini cukup baik, dengan banyak pilihan transportasi mulai dari mobil sewaan hingga ojek wisata lokal.
Meski medan yang harus dilalui terbilang menantang, namun keindahan dan keunikan Kawah Ijen membuat semua usaha terasa sangat layak. Bahkan banyak wisatawan yang sengaja menginap di sekitar area Paltuding hanya demi memastikan bisa menyaksikan blue fire di waktu yang tepat.
Kawah Ijen merupakan tempat di mana tanah, air, api, dan udara berkumpul membentuk harmoni sempurna yang jarang ditemukan di tempat lain. Jadi jika kalian ingin merasakan sensasi berjalan di atas awan sambil menyaksikan api menyala di dalam gelap, maka masukkan Kawah Ijen ke dalam rencana perjalanan berikutnya.*** (Fauza)