Iwel-Iwel, Jajanan Tradisional yang Sarat Makna dalam Tradisi Jawa

AswajaNews – Dalam setiap upacara selapanan bayi di Jawa Timur, ada satu kudapan khas yang tak pernah absen: iwel-iwel. Dibungkus daun pisang dengan aroma wangi yang khas, makanan tradisional ini bukan sekadar camilan, melainkan simbol doa dan harapan bagi sang bayi yang baru lahir.

Di antara beragam jajanan tradisional Jawa, iwel-iwel adalah salah satu yang memiliki tempat istimewa, terutama dalam upacara selapanan bayi di Jawa Timur. Kue ini bukan hanya sekadar kudapan, tetapi juga simbol harapan dan doa bagi bayi yang baru lahir. Dibuat dari bahan-bahan sederhana namun kaya makna, iwel-iwel menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi masyarakat Jawa yang hingga kini masih dijaga.

Nama “iwel-iwel” berasal dari kata “iwel” yang berarti melekat atau erat. Ini melambangkan harapan agar anak yang baru lahir selalu mendapat perlindungan dan kasih sayang dari keluarga serta terjalin hubungan yang erat dalam kehidupan sosialnya.

Setiap kali ada upacara selapanan di kampung, aroma iwel-iwel yang dikukus di dapur nenek selalu menyebar ke seluruh rumah. Bungkusan daun pisangnya masih hangat, legitnya terasa di lidah, dan maknanya begitu dalam.

Iwel-iwel terbuat dari bahan-bahan yang mudah ditemukan di dapur tradisional, yakni tepung ketan sebagai bahan utama yang menciptakan tekstur rasa kenyal, kelapa parut yang dicampur untuk memberikan rasa gurih, gula merah sebagai isian, dan daun pisang untuk pembungkus.

Proses pembuatan iwel-iwel cukup sederhana, persiapkan adonan dengan mencampurkan tepung ketan dengan kelapa parut dan sedikit garam. Ambil sejumput adonan lalu isi dengan potongan gula merah. Jika sudah tinggal diletakkan di daun pisang dan tutup dengan tusukan lidi. Kukus kurang lebih 30 menit hingga matang dan mengeluarkan aroma khas daun pisang.

Iwel-iwel memiliki tekstur yang kenyal dan sedikit lengket karena penggunaan tepung ketan. Saat digigit, kelembutan adonan berpadu sempurna dengan isian gula merah yang meleleh di dalamnya, menciptakan sensasi manis yang legit. Ditambah dengan gurihnya kelapa parut serta aroma khas dari daun pisang yang telah dikukus, iwel-iwel menjadi kudapan yang sederhana namun menggugah selera.

Iwel-iwel merupakan salah satu sesaji yang disiapkan dalam upacara selapanan bayi, yaitu peringatan 35 hari setelah kelahiran. Jajanan ini dipercaya membawa doa dan harapan baik bagi bayi.

Iwel-iwel bukan sekadar makanan, tetapi juga sarat dengan makna dan filosofi kehidupan. Ketan yang lengket melambangkan hubungan erat antara keluarga dan bayi yang baru lahir. Gula merah yang tersembunyi di dalamnya menggambarkan harapan agar kehidupan si kecil selalu manis dan penuh kebahagiaan. Pembungkus daun pisang mencerminkan perlindungan dan doa agar bayi tumbuh sehat dan kuat.

Dengan rasa yang lezat, tekstur yang khas, dan makna yang sarat filosofi, iwel-iwel layak untuk terus dilestarikan agar tetap menjadi bagian dari warisan budaya yang tak terlupakan.*** (Fauza)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *