Aswajanews – Pada 14 Februari 2025, Pondok Pesantren Al-Islam Joresan, yang berlokasi di Desa Joresan, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, telah mencapai tonggak sejarah baru dengan transformasi Balai Rukyat Ibnu Syatir menjadi observatorium pesantren pertama di Jawa Timur. Inisiatif ini tidak hanya memperkuat peran pesantren dalam bidang pendidikan agama, tetapi juga menegaskan komitmennya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya astronomi.
Transformasi ini dipelopori oleh dua alumni Pondok Pesantren Al-Islam. Dr. Ahmad Junaidi, M.H.I., alumni tahun 1994, yang kini dikenal sebagai pakar astronomi dan ilmu falak, dan Syaiful Miqdar, alumni tahun 2007, seorang welding engineer berpengalaman. Keduanya berkolaborasi dalam merancang dan membangun motorized dome observatory , sebuah kubah observatorium yang dapat bergerak secara otomatis, yang menjadi fitur utama dari observatorium ini.
Dr. Ahmad Junaidi menjelaskan bahwa pembangunan observatorium ini bertujuan untuk menyediakan fasilitas modern bagi para santri dalam mempelajari ilmu astronomi dan falak. “Dengan adanya observatorium ini, diharapkan para santri dapat mengamati fenomena astronomi secara langsung, sehingga pemahaman mereka terhadap ilmu falak menjadi lebih mendalam dan aplikatif,” ujarnya.

Syaiful Miqdar menambahkan bahwa desain dan konstruksi motorized dome dilakukan dengan memanfaatkan teknologi terkini, namun tetap mempertimbangkan aspek efisiensi dan keberlanjutan. “Kami ingin memastikan bahwa fasilitas ini tidak hanya canggih, tetapi juga dapat dioperasikan dan dirawat dengan mudah oleh pihak pesantren,” katanya.
Metamorfosis balai rukyat menjadi observatorium ini disambut baik oleh pimpinan Pondok Pesantren Al-Islam. KH. Usman Yudi, M.Pd., selaku Direktur Pondok Pesantren Al-Islam, menyatakan bahwa pendirian observatorium ini sejalan dengan visi pesantren untuk mengintegrasikan ilmu agama dan sains. “Kami berharap fasilitas ini dapat menjadi sarana bagi para santri untuk mengembangkan pengetahuan mereka, sehingga mampu berkontribusi lebih luas bagi masyarakat,” tuturnya.
Senada dengan itu, Ketua Yayasan Al-Islam, KH. Maftuh Basuni, M.H. menegaskan bahwa observatorium ini merupakan langkah strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren. “Ini adalah wujud komitmen kami dalam memajukan pendidikan yang holistik, menggabungkan ilmu agama dengan ilmu pengetahuan modern,” jelasnya.
Kepala Balai Rukyat Ibnu Syatir, K. Syafruddin Rusydi, mengungkapkan bahwa observatorium ini akan menjadi pusat kegiatan rukyat dan hisab di wilayah Ponorogo dan sekitarnya. “Dengan fasilitas ini, kami dapat melakukan pengamatan hilal dan fenomena astronomi lainnya dengan lebih akurat, yang tentunya sangat bermanfaat bagi penentuan waktu-waktu ibadah,” paparnya.

Kepala Madrasah Aliyah Al-Islam Joresan, Imron Ahmad, S.Ag., juga menyampaikan apresiasinya atas berdirinya observatorium ini. Beliau menekankan bahwa fasilitas ini akan menjadi sarana edukatif yang sangat berharga bagi para siswa Madrasah Aliyah dalam memahami ilmu falak secara praktis. “Observatorium ini akan memperkaya pengalaman belajar para siswa, khususnya dalam mata pelajaran astronomi dan ilmu falak, karena ilmu Falak merupakan mata pelajaran wajib di MA Al Islam mulai kelas IV, V dan VI” ungkapnya.
Transformasi observatorium ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Selain digunakan untuk kepentingan internal pesantren, observatorium ini akan dibuka untuk umum pada waktu-waktu tertentu, sehingga masyarakat dapat turut serta dalam kegiatan pengamatan astronomi. Hal ini sejalan dengan semangat pesantren untuk berkontribusi dalam pemberdayaan dan pencerahan masyarakat.
Dengan adanya observatorium ini, Pondok Pesantren Al-Islam Joresan tidak hanya menegaskan posisinya sebagai lembaga pendidikan agama yang unggul, tetapi juga sebagai pionir dalam integrasi ilmu agama dan sains di lingkungan pesantren. Langkah ini diharapkan dapat menginspirasi pesantren-pesantren lain di Indonesia untuk turut serta dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga menghasilkan generasi santri yang berwawasan luas dan siap menghadapi tantangan zaman.
Transformasi Balai Rukyat Ibnu Syatir menjadi observatorium pesantren pertama di Jawa Timur ini merupakan bukti nyata bahwa pesantren mampu beradaptasi dan berinovasi dalam menjawab kebutuhan pendidikan modern, tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional yang menjadi dasar pendiriannya. Semoga langkah ini menjadi awal dari berbagai inovasi lainnya yang akan lahir dari rahim pesantren-pesantren di Indonesia.(IIM)
Alhamdulilah, semoga manfaat dunia akherat, Aamiin