AswajaNews – Ada rasa yang lebih dari sekadar lezat dalam setiap masakan tradisional, seperti sejuknya embun pagi, semilir angin sawah, dan hangatnya senyum desa yang hadir di setiap suapannya.
Setiap hidangan khas desa seolah menyimpan keajaiban yang membawa kita melintasi waktu, kembali ke jalan-jalan setapak yang dikelilingi pepohonan hijau dan suara gemericik sungai.
Di tengah arus modernitas yang kian deras, kuliner tradisional tetap menjadi tempat nostalgia yang mampu membawa kita kembali pada suasana asri pedesaan. Salah satu hidangan yang sarat makna dan kenangan adalah urap jantung pisang, yang di beberapa daerah juga dikenal dengan nama krawu ontong.
Urap jantung pisang memiliki cita rasa unik yang kaya akan tekstur dan aroma. Jantung pisang, yang menjadi bahan utama, dipadukan dengan bumbu urap khas Nusantara yang terbuat dari kelapa parut, cabai, bawang putih, kencur, dan gula merah.
Rasanya yang gurih, sedikit pedas, dengan aroma rempah yang khas, seolah-olah membawa kita kembali ke meja makan sederhana di desa. Hidangan ini semakin sempurna ketika disajikan bersama ikan asin.
Gurihnya ikan asin berpadu dengan lembutnya jantung pisang dan bumbu urap menciptakan harmoni rasa yang sulit dilupakan. Tak heran, banyak orang yang merasakan kenikmatan ini akan langsung teringat pada masa-masa kecil mereka.
Keistimewaan lain dari urap jantung pisang adalah kesederhanaan bahannya. Jantung pisang, atau ontong dalam bahasa Jawa, adalah bagian dari tumbuhan pisang yang mudah ditemukan di pedesaan.
Hampir setiap rumah di desa memiliki pohon pisang yang tumbuh di pekarangan. Ketika jantung pisang dipanen, ia menjadi simbol kekayaan alam pedesaan yang serba mencukupi dan menghargai apa yang disediakan oleh bumi.
Selain itu, bumbu urap yang terbuat dari kelapa parut segar menunjukkan bagaimana masyarakat desa memanfaatkan hasil alam seefisien mungkin. Setiap elemen dalam hidangan ini menggambarkan filosofi hidup sederhana yang tetap kaya akan rasa.
Bagi mereka yang pernah tumbuh di desa, urap jantung pisang adalah pengingat manis akan masa lalu, tentang waktu yang berjalan lebih lambat, tentang kesederhanaan yang penuh makna, dan tentang hubungan manusia dengan alam yang begitu erat.
Di tengah modernisasi, kehadiran hidangan tradisional seperti urap jantung pisang menjadi semakin penting untuk dilestarikan. Bukan hanya karena kelezatannya, tetapi juga karena ia menyimpan warisan budaya yang kaya.
Dengan mengenalkan hidangan ini kepada generasi muda, kita tidak hanya melestarikan resep, tetapi juga nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya.*** (Fauza)