AswajaNews – Di tengah maraknya jajanan modern yang praktis dan beragam, jajanan tradisional tetap memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. Salah satunya adalah camilan yang bukan hanya lezat tetapi juga mengenyangkan.
Arem-arem adalah makanan tradisional khas Indonesia yang terbuat dari nasi yang dibungkus dengan daun pisang. Bentuknya mirip lontong, tetapi arem-arem memiliki isian di tengahnya. Biasanya berupa sambal goreng kentang, sayuran, ayam suwir, daging cincang hingga abon, sehingga memberikan rasa gurih dan sedikit pedas.
Proses pembuatannya pun khas, dengan nasi yang dikukus terlebih dahulu bersama santan agar memiliki tekstur pulen dan rasa gurih. Setelah itu, nasi dibungkus bersama isian di dalam daun pisang dan dikukus kembali agar aromanya semakin meresap.
Arem-arem sering kali menjadi pilihan untuk sarapan atau bekal perjalanan karena ukurannya praktis dan mengenyangkan. Camilan ini sangat populer di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta, dan sering disajikan dalam berbagai acara, mulai dari arisan hingga pernikahan.
Di desa, arem-arem sering kali hadir dalam berbagai acara adat atau sebagai suguhan untuk tamu. Warga biasanya membuat arem-arem secara gotong royong dan proses pembuatannya yang melibatkan banyak tangan sehingga tercipta keceriaan. Hal ini menjadikan arem-arem bukan hanya makanan, tetapi juga simbol kebersamaan.
Sementara di kota, arem-arem menjadi pilihan populer sebagai sarapan praktis atau bekal untuk mereka yang sibuk, termasuk para mahasiswa dan pekerja. Bahkan, di banyak sudut kota, arem-arem dijajakan di warung-warung kecil hingga pasar pagi, menjadikannya hidangan yang merakyat dan mudah dijumpai.
Popularitas arem-arem yang bertahan hingga kini menunjukkan bahwa meskipun sederhana, camilan ini memiliki daya tarik tersendiri yang mampu memikat selera banyak orang, baik dari desa maupun kota. Arem-arem adalah wujud dari keindahan dalam kesederhanaan, camilan yang mencerminkan kekayaan budaya dan cita rasa lokal yang selalu dirindukan.
Arem-arem menawarkan kelezatan yang seolah menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini. Di balik setiap gigitan arem-arem, ada cerita tentang kearifan lokal, cara memasak yang diwariskan turun-temurun, dan nilai kebersamaan yang tumbuh di setiap dapur tempat ia dibuat.
Kelezatan dan kesederhanaan arem-arem menjadi bukti bahwa makanan tradisional ini mampu bertahan di tengah tren kuliner modern, menyatukan cita rasa kota dan desa dalam satu gigitan.*** (Fauza)