AswajaNews – Keluarga Besar Pengurus Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Bungkal beserta lembaga dan badan otonom, serta pengurus ranting NU di 19 Desa se-Kecamatan Bungkal berziarah ke makam sesepuh dan pendiri NU di Kabupaten Ponorogo, Ahad (03/11/2024)
Ziarah diawali dari makam tokoh NU dan tokoh ulama kharismatik di wilayah kecamatan Bungkal, di antaranya : KH. Husein (Kalisat), KH. Abdul Mu’in (Munggu), KH. Nasheh (Koripan).
Kemudian dilanjutkan ziarah ke makam KH. Chasanul Hidayah (Pendiri Ponpes Chasanul Hidayah Bajang Balong), K. Ageng Nursalim (Mantup) dan berakhir di makam Mbah Kiai Ageng Muhammad Besari (bumi perdikan Tegalsari Jetis), Pondok Pesantren tertua di Ponorogo, dan acara dilanjutkan Shalat Dhuhur berjama’ah.
“Santri itu sebenarnya tidak lepas dari para Kiai NU juga tidak lepas dari Muassis (pendiri),” ungkap Lukmanul Hadi selaku Ketua MWC NU Bungkal
Kyai Qomari selaku Rais Syuriyah juga menambahkan bahwa kegiatan ziarah di momentum Hari Santri di bungkal sangat penting dilakukan. Hal tersebut di lakukan untuk menyambung sanad perjuangan
“Biar perjuangan kita dimudahkan oleh Allah SWT,” kata Kyai Qomari.
Sementara itu, Suratno, selaku ketua panitia ziarah menjelaskan bahwa tema peringatan Hari Santri “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan” memiliki makna yang mendalam.
“Menyambung Juang” berarti meneruskan semangat juang para pendahulu, sementara “Merengkuh Masa Depan” menggambarkan upaya kolektif untuk mencapai masa depan yang lebih baik,” terangnya.
Sebagai bentuk pernyataan sikap santri agar selalu siap siaga menyerahkan jiwa dan raga untuk perjuangan membela tanah air mempertahankan persatuan Indonesia dan mewujudkan perdamaian.
“Santri harus siap jihad (berjuang) jiwa dan raga itu salah satu komitmen seumur hidup santri dan harus bersikap santun, rendah hati,” pungkas Suratno_***(Ady)