AswajaNews – Sebagai upaya untuk pertajam program kerja organisasi, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur mengadakan kunjungan silaturahmi ke pengurus dan warga Nahdliyyin ranting di wilayahnya.
Dalam kegiatan yang dikemas dalam bingkai turba (turun ke bawah) ini, MWCNU Kecamatan Bungkal mengunjungi pengurus ranting di 19 Desa se-Kecamatan Bungkal secara terjadwal bergiliran. Berbagai informasi perkembangan NU dan dinamika masyarakat Kecamatan Bungkal serta penyerapan aspirasi dan harapan pengurus NU di tingkat ranting akan menjadi agenda utama turba, termasuk program skala prioritas LKSA (Panti Asuhan) dengan gerakan infaq Rp 10.000,-/Warga Nahdliyin.
Rais Syuriyah MWCNU Kecamatan Bungkal, Kyai Drs. Qomari kepada Aswaja News, mengungkapkan turba ini diselenggarakan untuk menggali potensi warga Nahdlatul Ulama yang memungkinkan untuk bisa dikembangkan. Paling tidak melalui turba nantinya pengurus bisa menggali aspirasi Nahdliyin untuk dijadikan program MWCNU Kecamatan Bungkal.
“Tujuan dari turba tidak lain adalah selain untuk meningkatkan hubungan antar MWCNU dengan pengurus ranting NU se MWCNU Kecamatan Bungkal, juga sebagai ajang koordinasi terkait dengan program-program MWCNU Kecamatan Bungkal serta penguatan organisasi di semua tingkatan,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Tanfidziyah MWC NU, Lukmanul Hadi, mengungkapkan bahwa kegiatan turba ini merupakan program rutin tahunan sebagai amanah atau mandataris hasil musker yang digelar dengan tujuan untuk menjalin silaturahim dan komunikasi MWCNU dengan pengurus ranting NU se-Kecamatan Bungkal.
“Turba ini dimaksudkan untuk menyerap aspirasi warga NU seputar permasalahan NU dan ummatnya. Selain itu juga untuk merapatkan barisan atas gencarnya serangan amaliyah dan budaya di luar NU, termasuk faham transnasionalisme, radikalisme dan terorisme” jelasnya.
Lebih lanjut Lukmanul Hadi menjelaskan turba ini juga dapat menjadi wadah untuk mendekatkan pengurus ranting NU dengan MWCNU Kecamatan Bungkal. Selain itu juga untuk mengetahui dari dekat kegiatan yang dilakukan di masing-masing ranting.
“Melalui kegiatan turba ini kami mengharapkan adanya peningkatan kesadaran pengurus untuk berorganisasi dengan baik bahwa NU itu adalah organisasi yang dijalankan untuk kepentingan warga (jama’ah) NU.
Dengan demikian semua program NU bisa berjalan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, jangan hanya jadi jama’ah NU tapi juga jam’iyyah NU.
“Nahdlatul Ulama sebagai ormas terbesar di Indonesia harus selalu memegang prinsip Al-haqqu bila nidhom yaghlibu albathil bi nidhomin Kebenaran yang tidak terorganisir (maka) kebatilan yang terorganisir akan mengalahkannya atau lebih populer kebenaran yang tidak terorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir. Inilah tantangan saat ini dan ke depan bagi Nahdlatul Ulama untuk mulai dan istiqamah berbenah diri,” pungkasnya ***(Ady)