AswajaNews – Budaya berkenaan dengan cara manusia dalam menjalani kehidupan. Hal itu terlihat jelas ketika mereka bertindak atau bagaimana mereka hidup dan komunikasi.
Respons dan fungsi tersebut berasal dari budaya mereka masing-masing.
Secara formal, budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, dan objek-objek materi tertentu yang diperoleh dari sekelompok besar orang dengan cara diwariskan dari generasi ke generasi.
Artinya, budaya merupakan landasan dalam proses dan praktik komunikasi. Semakin beragam budaya, semakin beragam pula proses dan praktik komunikasi yang dilakukan.
Subbudaya dan Subkelompok
Subbudaya atau subkultur adalah suatu komunitas rasial, etnik, regional, ekonomi, atau sosial yang memperlihatkan pola perilaku yang membedakannya dengan subkultur-subkultur lainnya dalam suatu budaya atau masyarakat tertentu.
Di Indonesia, subkultur-subkultur ini misalnya adalah para penganut agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan lain sebagainya. Ada lagi pada suku Jawa, Sunda, Madura, Bugis, dan lainnya.
Ciri utama dari subbudaya atau sub kultur adalah nilai, sikap, dan perilakunya jauh dari kata menyimpang.
Suatu unsur dalam komoditas masyarakat, yang terpenting adalah bagaimana subkultur tersebut memenuhi kriteria-kriteria sesuai kesepakatan dari komunitas di daerah tersebut.
Ketika menyimpang dari kriteria-kriteria yang sudah ditentukan, akan berakibat pada masalah-masalah dalam proses dan praktik komunikasi, misalnya subkelompok menyimpang (deviant subgroup).
Termasuk dalam subkelompok menyimpang ini adalah homoseks, para germo, para pelacur, sekte agama sesat, dan lainnya. Sedangkan ciri utama dari subkelompok menyimpang adalah nilai, sikap, dan perilakunya menyimpang.
Seolah-olah subkultur dan subkelompok adalah suatu entitas sosial yang berbeda, namun jika dilihat dari sudut pandang komunikasi, subkelompok sama halnya dengan subkultur.
Setiap subkultur atau subkelompok adalah suatu entitas social yang memiliki budaya dominan, unik, dan menyangkut seperangkat pengalaman, latar belakang, nilai-nilai sosial, serta harapan dari.
Dengan adanya perbedaan antara subbudaya atau subkultur tersebut, patutnya manusia menyadari hal itu dan mencoba untuk saling mengerti, memahami, dan menghargai satu sama lain, artinya praktik toleransi akan terlaksana dengan baik.
Ditambah satu lagi, manusia harus menyadari adanya persamaan-persamaan antara budaya satu dan lainnya, dengan tujuan agar menjadi lebih dekat. Hasil dari proses ini semua adalah kerukunan dan akhirnya tercipta kedamaian.***