Aswaja News-Generasi muda sebagai bagian dari penerus bangsa merupakan sosok yang berpengaruh dalam negeri ini. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari sejauh mana peran generasi muda dalam berkonstribusi untuk kemajuan bangsa tersebut.
Namun, pernahkah berfikir bahwa untuk terlibatnya seorang pemuda dalam kemajuan suata Negara diperlukan ruang bagi mereka?
Terlebih lagi bagi generasi pemuda perempuan yang seringkali terjerambak pada budaya-budaya patriarki yang dapat mempersempit gerak mereka dalam berproses di ranah publik.
baca juga:
8 Ton Beras Diserbu Warga Dalam Gerakan Pangan Murah di Kelurahan Cokromenggalan Ponorogo
Maraknya gerakan perempuan yang menggaungkan kesetaraan gender menjadi jawab atas pertanyaan “Bagaimana perempuan berperan dalam ranah publik?”. Gerakan-gerakan perempuan tersebut mampu menjadi wadah sekaligus ruang bagi perempuan untuk saling membangun sesamanya.
Terdapat ruang seorang perempuan sebagai generasi muda untuk menggali potensi dalam dirinya. Salah satu organisasi perempuan yang masih eksis hingga saat ini adalah IPPNU yang memiliki kepanjangan Ikatan Pelajar Putri Nhadlatul Ulama merupakan organisasi pemuda atau pelajar putri Nahdlatul Ulama yang menyimpan cita-cita luhur, yang tidak lain dan tidak bukan untuk menunjang peran para perempuan untuk mendapatkan hak yang setara, dan tidak ada perbedaan untuk berproses karena disebabkan pada masalah jenis kelamin.
baca juga:
Refleksi 3 Tahun Mengabdi, Kang Giri: Saya Ingin Ponorogo Semakin Glowing
IPPNU merupakan organisasi yang berdiri pada tanggal 2 Maret 1955 M, dengan ketua pertama Ibu Nyai Hj. Umroh Machfudhoh. Secara singkat berdirinya IPPNU dilatar belakangi karena adanya kritik tentang ruang bagi pelajar putri. Bersama dengan beberapa tokoh putri lainnya seperti Atika Murtadhoh, Lathifah Hasyim, Romlah, dan Basyiroh Saimuri menjadi pelopor berdirinya organisasi IPPNU atau Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.
Memiliki fungsi sebagai wadah atau tempat berhimpun, berkomunikasi, keilmuwan, dan kaderisasi, IPPNU masih bertahan hingga saat ini. Hal ini membuktikan bahwa ruang bagi perempuan dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya memiliki kepentingan yang tidak diragukan lagi. Kemajuan zaman yang akan mengantarkan Indonesia pada generasi emas 2045 akan terlahir dari para generasi muda yang berkualitas.
baca juga:
Jelang Puasa, Harga Cabai Merah Melonjak Hingga Rp 81.500 per Kilogram di Ponorogo. Simak Harga Lainnya!
Pelajar putri Nahdlatul Ulama yang terkenal dengan salam 3 B (Belajar, Berjuang, dan Bertakwa) akan menjadi bagian integral dari terwujudnya perempuan berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) yang mampu berdampak dan berproses di segala sektor.
Generasi muda pelajar putri Nahdlatul Ulama yang saat ini masih setia berproses dalam organisasi IPPNU menjadi bukti nyata, tentang pentingnya perempuan untuk terus belajar.
Sedikit teringat pada masa yang akan membawa perempuan pada gelar Ibu, yang sering dikenal sebagai madarasah atau sekolah pertama bagi putra putrinya. Maka penting bagi seorang perempuan untuk belajar agar menjadi perempuan yang terpelajar.
Penulis : Elsa Monica, S.Pd
Editor : Azza Fahreza