Aswaja News – Kabupaten Ponorogo biasa dikenal sebagai kabupaten yang memiliki kesenian topeng paling unik. Kesenian topeng tersebut adalah Reog Ponorogo. Selain unik, kesenian Reog Ponorogo adalah salah satu kesenian topeng paling besar di dunia.
Di dalam pertunjukan Reog inilah ada sosok yang disebut Warok. Tarian Warok menjadi rangkaian dalam seni pertunjukan Reog Ponorogo. Orang yang memerankan Warok dalam seni pertunjukan Reog ini digambarkan dengan riasan muka berwarna merah, menggunakan riasan jenggot tebal dan untuk pakaiannya berwarna hitam.
Warok juga memiliki sebuah ikat pinggang berwarna putih, oleh masyarakat Ponorogo disebut sebagai kolor atau usus-usus. Lantas siapakah Warok dalam kesenian Reog Ponorogo tersebut, adakah figur nyata dari karakter Warok?
Mengambil dari berbagai sumber, salah satu wakta jika tokoh Warok memang memiliki figur nyata. Bahkan, beberapa di antaranya masih hidup hingga sekarang.
Warok dalam pengertian umum masyarakat Ponorogo adalah figur yang memiliki kemampuan kanuragan yang tinggi serta memiliki wibawa yang besar. Warok juga digambarkan memiliki peran penting dalam satu lingkungan masyarakat.
Salah satu figur warok yang populer pada masa kini adalah Bikan Gondowiyono. Dia adalah tokoh Warok sepuh yang tinggal di Desa Plunturan, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo.
Laku Batin yang Dilakukan oleh Para Warok
Untuk memperoleh kemampuan kanuragan dan mendapatkan kewibawaan yang besar, Warok harus melakoni laku batin yang cukup ketat. Salah satunya adalah menjauhi hubungan dengan perempuan.
Dalam tradisi masyarakat Ponorogo, para Warok memiliki beberapa Gemblak untuk menemani hidupnya. Gemblak tersebut adalah pemuda yang menemani, menyiapkan segala kebutuhan hidup dari Warok yang dia ikuti.
Tetapi, menurut Bikan (salah satu Warok sepuh di Ponorogo) gemblak bukanlah kekasih dari Warok. Sebagaimana banyak beredar informasi dari masyarakat di luar Ponorogo yang menganggap gemblak sama halnya dengan kekasih sehingga banyak anggapan jika Warok memiliki penyimpangan seksual.
Menurut Bikan, sesepuh Warok yang kini tinggal di Desa Plunturan, Pulung Ponorogo, gemblak adalah seseorang yang baru berguru pada seorang Warok, selayaknya seorang murid, para gemblak menyiapkan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan Gurunya.
Bikan juga menambahkan, bahwa stigma negatif tentang Warok tersebut terjadi karena adanya ‘Warokan’. Warokan inilah yang mempunyai gemblak dan mereka memperlakukan gemblak seperti kekasihnya, bahkan hingga melakukan hubungan badan.
“Kalau yang mengaku-aku itu disebut warokan. Warokan juga yang membuat Warok mendapat stigma negatif karena memiliki ‘gemblak’,” tuturnya, dikutip dari Antaranews.com.
Warok Sebagai Cermin Karakter Masyarakat Ponorogo
Warok bagi masyarakat Ponorogo adalah figur yang dihormati, bukan hanya karena memiliki ilmu kanuragan dan juga kewibawaan yang besar. Warok dikenal sebagai figur yang baik hati, selalu menolong rakyatnya, dan juga memberikan rasa aman pada masyarakat di mana dia tinggal.
Lalu apakah masih relevan Warok dalam kehidupan modern ini? Menurut Bikan, Warok tidak bisa dilepaskan dari karakter masyarakat Ponorogo.
Warok adalah cerminan manusia Ponorogo yang utuh, yakni manusia yang seimbang antara batin dan lahirnya, tidak sombong, dan memiliki sifat rendah hati.
Bikan menambahkan, jika Warok memiliki ciri sikap lahir dan batinnya seimbang. Artinya jika ada orang yang mengaku sebagai Warok, bisa dilihat pada karakternya, jika dia selalu mengumbar ilmu-ilmu yang dia dapatkan, bisa dipastikan itu bukanlah Warok yang sejati.
“Kesaktian seorang warok itu tidak diperlihatkan karena itu adalah kemampuan pribadi. Warok itu adalah seseorang yang lahir dan batinnya seimbang,” kata Bikan. (dani)
Nice good artikel