Aswaja News – Serangkaian puncak Harlah ke-101 Nahdlatul Ulama, Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar berikan taujihat mengenai gelar umat iqra’.
“Kelahiran Nahdlatul Ulama ibarat percikan Nur. Bahkan yakadu zaituha yuḍi`u, karena jelas dan luar biasanya ajaran Islam. Sampai-sampai minyaknya saja sudah mencukupi menjadi penerang untuk alam sekitar, penerang hati, penerang kegelapan,” jelasnya pada Rabu (31/1).
Dalam usia yang menginjak 101 tahun ini, Nahdlatul Ulama diyakini akan lepas landas dan meraih yang terbaik diwujudkan adanya peresmian UNU Yogyakarta.
Baca juga : Presiden Jokowi Hadiri Puncak Harlah ke-101 NU
“Mungkin seharusnya kita butuhkan 50 tahun berdiri UNU yang seperti ini. Tapi dalam waktu yang singkat, yang diprakarsai oleh Bapak Presiden Joko Widodo alhamdulillah. Mungkin ini ilham daripada Lailatul Qodar,” ungkapnya.
Sebagai pelengkap, KH Miftachul Akhyar menjelaskan nilai Lailatul Qodar dalam Q.S. Al-Qadr ayat 3 yakni khoirun min alfi syahrin yang artinya lebih baik dari seribu bulan.
“Itu diwariskan dari segi nilai keutamaanya. Maka ilmu yang akan dikembangkan disini sebagaimana dawuh Rasulullah. Saya yakin ke depan NU bisa membuktikan sebagai umat iqra’,” jelasnya.
Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.
Baca juga : Harlah NU Ke-101 Diawali Istighatsah, Gus Mus: Tugas NU Bukan Memenangkan Capres
“Ada gelar bagi umat Nabi Muhammad SAW, iqra‘ adalah membaca, tapi bukan sekedar membaca tapi jauh daripada itu yakni kemampuan membaca fisik tau ni fisik. membaca sekitar alam, membaca keadaan, membaca situasi, membaca tanda-tanda langit, ayat-ayat kauniyah,” jelasnya.
KH Miftachul Akhyar mengingatkan bahwa kata iqra‘ selalu bergandengan dengan bismirabbik. Kemampuan yang tanpa batas harus selalu didampingi oleh bismirabbik sebagai pengendali dan kontrol
Baca juga : Halaqah Nasional Harlah ke-101 NU, Gus Yahya Bicara Soal Otoritas Politik
“Kepintaran dan kepandaian, kejeniusan seseorang tanpa ada kontrol bismirobbik, mungkin ini yang pernah diramalkan Ki Ronggowarsita (akehe wong pinter, podo keblinger),” ungkapnya.
Kata Bismirabbik diartikan sebagai kebenaran. Maka, kecerdasan dan kebenaran selalu bergandengan erat, agar tidak keblinger (sesat atu keliru).
“Dan ini cita-cita yang akan dilahirkan oleh UNU Yogyakarta,” harapnya.
(Azza Fahreza)