Aswaja News – KH A Syujak Hasyim dikenal sebagai salah satu macan bahtsul masail di Sumenep. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Qararul Makien Prenduan, Pragaan, Sumenep itu menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu 25 Dzulqa’dah 1444 H/ 14 Juni 2023 M.
Diceritakan oleh Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep, KH M Zainur Rahman Hammam Ali, almarhum kakeknya (Kiai Muhammad Ali) selalu salah satu mengajak alumni Pondok Pesantren Al Muqri, Karang Kapoh, Prenduan menghadiri acara bahtsul masail, ajang musyawarah fiqhiyyah khas NU. Salah satu alumni yang istikamah turut serta dalam bahtsul masail tersebut adalah Kiai Syujak Hasyim. Sehingga, selepas dari pesantren Almarhum Kiai Syujak Hasyim menjadi salah satu motor penggerak bahtsul masail di lingkungan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan
Dikatakan oleh Kiai Zainur, almarhum memiliki jasa besar kepadanya, terutama dalam ilmu nahwu dan fiqih. Saat mengaji nahwu pada almarhum sang ayahanda (Kiai Hammam), bab Tamyīz adalah salah satu bab yang sulit bertahan pemahamannya dalam benak Kiai Zainur waktu itu.
“Saat ayah menjelaskan, kami paham. Tapi beberapa waktu kemudian blur lagi. Terutama untuk membedakan tamyiz dzat dan jumlah. Namun Kiai Syujak yang mengampu pelajaran Bahasa Arab di kelas formal Madrasah Tsanawiyah Al Muqri mengarahkan kami untuk memahami bagian tersebut dalam sudut berbeda,” ujarnya kepada perspektif yang ditawarkan, lanjutnya, membantu menguatkan pemahamannya. Inilah salah satu jasa besar Kiai Syujak padanya yang tak akan hilang dari kenangan.
Jasa lainnya masih dalam bidang ilmu nahwu, yakni ketika sedang menggarap skripsi tentang fikih dengan titik tekan bidang ushul fikih dan nahwu”Ada sub bahasan yang sempat membuat saya puyeng. Menyikapi hal itu, saya berkunjung ke Kiai Syujak, mendiskusikan hal tersebut, dan beliau memberikan solusi beserta referensinya,
kitab Kifāyah al Ashhāb fī Halli Nadzm Qawā’d al I’rāb. Sejak itulah saya mengenal kitab karya salah satu ulama Nusantara, Syaikh Abdullah Zaini bin Muhammad Aziz al Jāwiy, Demak, itu,” kenangnya. Tak hanya itu, ada lagi jasa besar Kiai Syujak Hasyim dalam disiplin tata bahasa Arab ini. Bahkan yang mengijazahi tartīb al fātihah untuk pengkaji kitab Alfiyyah Ibni Mālik. “Itu baru dalam fan ilmu nahwu. Dalam fan fikih, jangan dikata lagi besar hutang jasa saya pada beliau.
Pintu rumah beliau selalu terbuka lebar, kapanpun dan jam berapapun, untuk kami recoki dalam rangka konsultasi maupun diskusi fikih,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muqri Karang Kapoh Prenduan ini.
Kepedulian Syaikh Umar Baradja terhadap Akhlak Generasi Muda Kiai Zainur mengutarakan, sejak kecil dirinya sudah sering mendengar bahwa Kiai Syujak adalah kiai muda yang alim. Salah satu guru sepuhnya pernah berkata bahwa Kiai Syujak memang sudah terlihat cerdas sejak masih usia dini. Tak heran, kiai yang juga alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Asembagus, Situbondo ini menjadi salah satu rujukan solusi fikih.
Selain cerdas, Kiai Syujak juga dianugerahi daya ingat kuat. Salah satu contohnya ia hafal di luar kepala silsilah banyak kiai wilayah Madura dan Tapal Kuda. Selain itu, Kiai Syujak yang juga dikenal sebagai muhibbin kental para sādah alawiyyin.(Nda)