Oleh: Rosadi Jamani (Dosen UNU Kalbar)
Kalau muslim berpaham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) umumnya memimpikan bila wafat dikuburkan di tanah suci Mekah. Berbeda dengan kaum Syiah, mimpikan bisa dikubur di Wadi al Salam atau Lembah Damai di Kota Najaf Irak. Alasan utamanya, dimakamkan dekat dengan makam Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat dan orang yang disucikan pengikut Syiah. Saya tak memperlebar perbedaan Aswaja vs Syiah, hanya membahas Wadi al Salam saja.
“Wadi al Salam itukan kuburan, Bang. Masa kuburan pula mau dibahas, biasanya soal politik.”
“Ngomong politik memang asyik. Cuma, tidak bertepi. Tidak ada habis-habisnya. Pagi tempe, sore tahu. Bicara kuburan, toh semua kembali ke sana. Emangnye ente tak mau dikubur nanti bila sudah end”.
“Tetaplah dikubur, Bang. Masa jasad ana minta dimakan burung bangkai ala orang Tibet itu. Amit-amit, Bang.”
“Makanya, dengarkan baik-baik. Abang nak cerita soal Lembah Damai ini. Wadi al Salam merupakan pemakaman kaum Syiah terbesar di dunia. Tak hanya besar dan luas, tapi tertua di dunia. Makam itupun masuk warisan dunia oleh Unesco, dan masuk Guinness World Record. Sejak 1.400 tahun lalu, pemakaman seluas mata memandang itu sudah ada. Dikirakan ada puluhan juta mayat dikubur di sana. Luasnya mencapai 601 hektare.”
“Wow, luas sekali, Bang. Apalagi puluhan juta sudah dikubur, mirip sebuah kota.”
“Benar, mirip sebuah kota. Sebab, setiap kuburan itu nisannya besar dan tinggi. Berbeda dengan di Jannatul Baqi di Madinah, hanya berupa hamparan pasir dan batu sebagai penanda saja.”
Nisan kuburan melambangkan status yang meninggal. Kalau yang meninggal orang kaya, ulama, pemimpin, nisan kuburannya besar dan menjulang tinggi. Bisa dilihat makam 12 imam besar Syiah, wow gedenya. Berapa duit tu. Apalagi makam Syaidina Ali, kubahnya saja emas. Tak bisa dilawan.
Banyaknya nisan berukuran jumbo, tak heran sering dijadikan lokasi perang. Saat ISIS menyerang, banyak pejuang Syiah berlindung di balik makam itu.
Wadi al Salam tak sekadar makam, melainkan tempat suci Syiah. Ada makam Syaidina Ali membuat umat Syiah ingin dimakamkan di sana. Tidak heran biasa pemakaman sangat mahal. Walau mahal, tak menyurutkan warga Syiah untuk dikuburkan di Lembah Damai.
“Abangkan bukan Syiah, apa pingin juga dimakamkan di sana?”
“Hus, abangmu masih hidup ni. Nanti tak ada lagi belikan rokok kalau sudah wafat. Ketika kita sudah meninggal, tanggung jawab sepenuhnya bagi yang hidup (fardhu kifayah).” Dimandikan, dikafankan, disalatkan, dikuburkan. Biasa dikuburkan berdasarkan adat setempat. Tahap awal, cukup batu nisan ada tulisan nama dan tanggal lahir dan tanggal wafat. Tahap berikutnya, makam itu biasanya dibangun dengan nisan lebih elit. Ada yang dikeramik, disemen, macam-macam. Ada juga dimakamkan di tempat elit seperti Makam Pahlawan dan San Diego Hill Memorial Park di Karawang.
Di antara makam di Indonesia, tidak ada bisa mengalahkan Wadi al Salam. Lembah Damai yang mirip sebuah kota besar.
Kuburan bisa jadi persoalan di masa depan, terutama kota besar. Untuk Kalbar sih masih aman, sebab tanahnya masih banyak kosong. Kota Pontianak mulai merasakan dampak ini. Pemkot pasti sudah memikirkan, apa jadinya lahan pemakaman kuburan sudah habis atau penuh. Mau dimakamkan di mana bila ada yang wafat. Pemkot pasti sudah memikirkan lahan kuburan. Semoga saja kalian saat wafat nanti, sudah siap lahannya.