Pendatang Baru Vs Incumbent

Oleh: Rosadi Jamani (Dosen UNU Kalbar)

“Ke rumahlah, Bang. Aku lagi nyantai,” ajak kawan yang seorang kontraktor.
“Siap, Pak,” jawab saya. Hidupkan motor, saya langsung ke rumah kawan itu. Kebetulan rumahnya dekat. Hanya dua menit sudah nyampai.

Kenapa saya dipanggil ke rumahnya, ternyata hanya memperlihatkan dua rukonya penuh dengan hadiah. “Lihatlah. Hadiah ini untuk dibagikan ke masyarakat,” jelasnya. Wow, banyak sekali hadiah. Mulai dari sembako, kipas angin, bola voli, bola sepak, mesin cuci, kompor, dsb. Penuh dua ruko dengan aneka hadiah.

“Gimana, kira-kira bisa terpilih ndak saya ni? Kenapa saya banyak belanja hadiah, karena yang saya lawan itu incumbent. Sementara saya pemula, belum punya basis. Untuk ngalahkan incumbent, harus lebih berbuatnya dari incumbent,” kata kawan sambil hisab rokok mildnya. Duitnya memang banyak, karena hampir seluruh proyek besar Pemda masuk ke dia dulu. Semacam koordinator para kontraktor.

Tak hanya stok hadiah, ia juga membeli enam mobil Avanza. Semua baru. Enam sopir ia pekerjakan. Sopir itu didadani layaknya seorang bodyguard. Baju safari hitam, sepatu kulit, plus kaca mata hitam. Dengan mobil itulah ia bawa hadiah masuk kampung keluar kampung saat kampanye.

Karena di kampung butuh hiburan, ia beli perangkat hiburan. Mulai genset mobile, organ tunggal plus penyanyinya, speaker, dan lampu. Panggungnya ia cari teras rumah warga yang halamannya luas.

Kegilaan lainnya, ia pasang neonbox dengan muka dia. Orang pakai spanduk, ia malah pakai neonbox yang harganya mahal. Ia pasang dekat warung. Pemilik warung itu dikasih uang sebagai ganti listrik untuk menyalahkan neonbox itu. Belum iklan di media cetak, ia pasang. Belum lagi buku saku ia cetak ratusan ribu. Pokoknya jor-joran. Miliaran uang ia habiskan.

Hasilnya? Pasti nunggu jawaban ya. Hasilnya, ia terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Kalbar. Incumbent yang dilawannya, tak terpilih.

“Benar-benar bersyukur bisa terpilih. Sempat tak terpilih, bisa gila kali saya,” ujarnya.

“Mobil baru yang dibeli dikemanakan, kok tidak ada lagi?”

“Karena saya sudah terpilih, saya kembalikan ke agen. Caranya, tak lagi bayar angsuran. Rugi uang muka saja, hehehe,” cerita kawan.

“Bapak ngasih hadiah itu, bukannya pelanggaran?”

“Tahu saya, itu pelanggaran. Pandai-pandai ngakalkan Panwaslu. Saya ngundang atau ngumpulkan warga bukan atas nama Caleg, melainkan atas nama organisasi adat yang saya pimpin. Jadi tak salah di mata Panwaslu,” kilahnya.

Melawan incumbent memang berat. Sebab, ia sudah punya basis dan nama. Duit juga punya. Bukan berarti tak bisa ditumbangkan. “Untuk menumbangkannya, memang berat. Tak bisa setengah-setengah, harus full fight. Kalau hanya modal bacot, suka nyalahkan incumbent, pasang baliho saja, masuk kampung tanpa hadiah, pasti diketawakan incumbent,” ceritanya.

Sekarang, kawan itu sudah tiga periode duduk di kursi Dewan. Pemilu 2024 ia berjuang lagi untuk bisa duduk ke empat kalinya. Apakah kampanye seperti di awal dulu?

“Tak lagilah macam dulu. Sekarang saya pula yang incumbent. Model kampanye saya, tinggal lihatkan kerja nyata hasil memperjuangkannya ke Pemda. Ada jalan, irigasi, rehab rumah ibadah, bantuan alat pertanian, dsb. Semua saya lihatkan, inilah hasil perjuangan saya membantu kalian selama ini. Saya tetap membantu bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian,” ungkapnya.

Ia kampanye tak lagi hanya janji, sudah sudah memperlihat bukti. Selain itu, ia tetap rajin turun ke bawah, ke akar rumput. “Karena saya incumbent, setiap turun dibiayai negara. Kumpulkan warga, kasih makan, dan bingkisan. Serap apa yang diinginkan warga, langsung diperjuangkan. Di bagian ini enaknya jadi incumbent. Tak perlu keluar duit sendiri, ada uang negara yang halal,” ujarnya.

Apa simpulannya? Bagi caleg Pemula, bila ingin terpilih, harus berjuang lebih keras dari incumbent. Tenaga, waktu, dan uang harus lebih banyak. Karena yang dilawan, Dewan yang sudah punya nama, basis kuat, terbukti, dan dana melimpah. Kalau berjuangnya di bawah standar incumbent, sangat berat bisa terpilih. Satu-satunya harapan, retak tangan siapa yang tahu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *