Aswaja News – Kesadaran umat Islam untuk berkurban semakin hari semakin tinggi, tidak mengenal daerah perkotaan maupun pedesaan. Hal ini membuktikan bahwa ajaran Islam sudah berkembang pesat ke seluruh wilayah di Ponorogo.
Fenomena kesadaran berkurban yang cukup tinggi di setiap kalangan masyarakat ini antara lain terjadi di Dukuh Manding Desa Turi kecamatan Jetis. Seperti diketahui Dukuh Manding walaupun tidak terbilang terisolir, Namun merupakan Dukuh yang terpisah dari Pusat Desa yaitu Desa Turi. Karena secara geografis, pemukiman penduduk ini dikelilingi sawah yang luas, bahkan masyarakat kalau menuju ke kantor desa harus melingkar melewati pusat Kecamatan Jetis, ataupun jalan pintas sawah yang sulit dan becek kalau musim hujan. Dukuh “terpisah” ini ditempati kurang dari 100 rumah penduduk yang mayoritas petani.
Namun demikian, pemahaman agamanya cukup tinggi, terbukti Idul Adha 1444 H ini kesadaran untuk berkurban sudah luar biasa.
Menurut Wasijan Kamituwo Dukuh Manding Turi, warganya yang berkurban tahun ini bertambah dibandingkan tahun tahun kemarin. Dari datanya hewan kurban di Dukuh Manding sebanyak 3 ekor sapi dan 6 ekor kambing yang dilaksanakan oleh warganya:
- Di Masjid Al Fajar manding :
Sapi 2 ekor.
Kambing 2 ekor. - Di Mushola al hikmah manding :
Sapi 1 ekor.
Kambing 4 ekor.
Pendistribusian hewan kurban tidak hanya untuk masyarakat di Dukuh Manding tapi malah disampaikan ke masyarakat di dukuh lain walaupun jaraknya cukup jauh.
Pak Wasi panggilan akrabnya menambahkan, Walaupun daerahnya termasuk dukuh terpisah dan jumlah penduduknya yang sedikit, namun kesadaran dan pemahaman agamanya cukup tinggi. Terbukti semakin tahun rutin mengadakan pengajian, peringatan hari besar Islam dan termasuk Idul Adha juga semakin bertambah hewan kurbannya. (IIM).
Luar biasa,semoga jadi titik balik kebangkitan ajaran ISLAM di dukuh manding kedepannya